Terkadang, diabaikan menjadi sesuatu yang sangat menyakitkan.
Terkadang, diabaikan menjadi sesuatu yang sangat menguatkan.
Terkadang, pengabaian itu dibutuhkan. Ketika kita mulai melampaui batasan norma yang seharusnya memang sampai pada tempat itu.
Suatu keadaan, dimana kau merasa jatuh ke dalam lubang yang seharusnya kau tak terperosok kedalamnya.
Sebuah lubang yang setan ciptakan.
Sebuah lubang yang bersifat kebahagiaan semu.
Sebuah lubang yang salah, yang ku beri nama itu "cinta".
'Aku' telah jatuh cinta.
Jatuh cinta diam-diam.
Secara diam-diam, 'Aku' mulai mengaguminya.
Secara diam-diam, 'Aku' mulai mengharapkannya.
Secara diam-diam, 'Aku' mulai menantikannya.
Setiap hari, setiap malam.
Kini, 'Aku' mulai melakukan hal itu. Menunggu kabar yang dikirimkannya.
"Settttttttttt...." Tunggu!
Teman, tahukah kau bahwa kini 'Aku' sudah mulai lancang?
Tahukah kau, bahwa 'Aku' telah melampaui batas kewajaran?
Tahukah kau, bahwa secara diam-diam, 'Aku' telah menyakiti seorang di luar 'kami'.
"Hahahaa!" Dengarkah kau teman, kini setan mulai menertawakanku.
Menertawakan perasaanku.
Dia menertawakan 'kami'.
Dia tertawa bangga, karena 'kami' telah menjadi lakon dalam skenarionya.
Lakon yang telah berhasil menjadikan seorang di luar 'kami' memerih.
Tersayat menyakitkan.
Teman, 'Aku' tak menginginkan hal itu berlarut.
'Aku' mengabaikannya, kini. Mencoba tegar, mengabaikannya.
Begitu-pun dengan 'Kau', 'Kau' menepati janjimu.
'Kau'-pun mulai mengabaikanku.
Kini 'kami' berbarengan melakukan hal itu.
Melakukan pengabaian.