Aku enggak tahu. Aku enggak paham. Tentang ini.
Perasaan ini. Kenapa, mengapa, aku harus merasakannya. Selalu memikirkan kamu. Selalu
mengkhawatirkan kamu. Selalu merasa bahwa “Kita” akan selalu baik-baik saja. Aku
berontak. Aku melarikan diri dari itu semua. Aku berusaha untuk membuat
semuanya terasa biasa saja. Biasa saja, seperti halnya aku dengan yang lain. Dan
sialnya, aku enggak bisa. Berat. Berat buat aku untuk begitu saja menghilangkan
ingatanku tentang kamu di otak aku. Aku heran. Hehhhhh. Mungkin Tuhan memang
sudah mensetting semua itu. Tuhan telah memberikan bagian khusus di otak aku
untuk ditempati olehmu. Aku berusaha untuk bersikap selayaknya normal lainnya. Aku
tidak mau terburu untuk menyimpulkannya. Aku hanya tidak mau jika kesimpulanku
mengklimakskan hal yang tidak seharusnya. Jawaban yang akan mematikan orang di
sekitarku. Baik. Hubungan yang baik. Dulu, itu dulu. Sekarang, perlahan
menjauh, berjarak. When you’re needing
your space. I’ll be here patiently waiting. Aku menunggu kamu. Menunggu kamu
yang kembali padanya. Menunggu kamu yang berbahagia dengannya. Menunggu kamu untuk waktu yang tidak aku ketahui sampai
kapan. Menunggu kamu, hingga kamu tersadar tanpa mendapat kode dari siapapun. Sendiri.
Kesadaran itu. Aku akan menunggunya. Aku senang jika kamu bahagia dengan dia. Aku
berbahagia kamu tidak lagi menangis dan megadukannya padaku. Keluhan, air mata,
isak tangis itu tak lagi ada. Semua berubah, menjelma menjadi suatu
kebahagiaan. Untukmu. Untukku juga. Bahagia untukku karena aku pernah
mengenalmu. Bukan. Bukan pernah, karena kita tidak akan berlalu. Aku senang
telah mengenal kamu. Selamat berbahagia dengannya. Jangan sampai kamu
mendatangiku. Kembali hadir dengan membawa sebuah keperihan. Aku tidak
menginginkan hal itu terjadi. Berbahagialahk dengannya. Berbahagialah. Aku menginginkan
kamu hilang ingatan. Hilang ingatan tentang kita. Aku ingin kamu tidak mengenal
kesamaran, kegelapan, kepedihan yang pernah kamu letupkan dari bibirmu itu. Dari jemarimu yang
menari dengan lenggangnya. Berbahagialah. Karena akupun akan begitu. Tetaplah menatap
ke depan. Aku, disini. Di belakangmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar